Kamis, 23 Februari 2017

Realistic Mathematics Education (RME)

KATA PENGANTAR
          Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat tuhan kami Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta kesehatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “Realistic Mathematics Education (RME)”.
Dalam makalah ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada Ibu Luluk Faridah, M.Pd. selaku dosen pembimbing “MKPBM I” yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.
Semua hal itu tidak lepas dari kesalahan , makalah ini masih jauh dari sempurna. Jadi kami mohon kritik dan saran yang berguna bagi kami untuk esok hari nya.
Demikian makalah ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan semoga bermanfaat.
Terima Kasih .

Lamongan, 24 November 2016


Penulis







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................      1      
DAFTAR ISI...............................................................................................      2
BAB I   PENDAHULUAN.......................................................................     
A.    Latar Belakang....................................................................................      4
B.     Rumusan Masalah...............................................................................      5
C.     Tujuan .................................................................................................      5
BAB II  PEMBAHASAN..........................................................................      6
A.    Pengertian Realistic Mathematics Education (RME)........................     6
B.    Tipe Matematisasi dalam Realistic Mathematics Education
(RME)..............................................................................................      7
C.    Prinsip dan Karakteristik Realistic Mathematics Education
(RME)..............................................................................................      7
D.    Ciri-ciri Realistic Mathematics Education (RME)............................      9
E.     Tahap Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) ..........      10
F.     Manfaat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) ......      11
            1. Untuk Siswa ................................................................................      11
            2. Untuk Guru .................................................................................      12
G.    Kelebihan dan Kekurangan Realistic Mathematics Education
(RME)                                                                                                    12
            a. Kelebihan ....................................................................................      12
            b. Kekurangan .................................................................................      13
H.    Hubungan antara Pendekatan Realistik dengan Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar.............................................      13
a.       Hubungan antara pendekatan realistik dengan kemampuan
pemecahan masalah....................................................................      14
b.      Hubungan antara pendekatan realistik dengan hasil belajar.......      15
I.       Perbedaan antara Matematika Realistik dengan Matematika 
Tradisonal....................................................................................... `     17
BAB III       PENUTUP............................................................................      19
              A.   Simpulan.................................................................................      19
              B.   Saran.......................................................................................      19
Daftar pustaka
Lampiran-lampiran























BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang mutlak bagi manusia agar dapat membangun peradaban bangsanya. Dalam pendidikan itu, manusia diajarkan dengan berbagai disiplin ilmu sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan diberbagai jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi adalah matematika.
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami matematika. Selain itu, belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga dalam hal ini siswa sangat lemah.
Jennings dan Dunne (Suharta, 2004) mengatakan bahwa, kebanyakan siswa rnengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real. Hal ini yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna.
Kondisi pembelajaran yang kurang bermakna dialami oleh sekolah-sekolah baik pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Salah satu asumsi dibalik kurang memuaskannya kualitas proses pembelajaran matematika adalah disebabkan metode, strategi dan pendekatan yang digunakan oleh pendidik kurang efektif dalam proses pembelajaran strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru-guru masih menggunakan pendekatan tradisional atau mekanistik dimana siswa secara pasif menerima konsep, rumus dan kaidah (mernbaca, mendengarkan, mencatat, menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide-ide dalam proses pernbelajaran
Oleh karena itu, perlu adanya inovasi dalam pembelajaran matematika yakni perubahan dalam strategi pembelajaran termasuk pendekatan pembelajaran.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud RME?
2.      Ada berapa tipe matematisasi dalam RME?
3.      Apa saja prinsip dan karakteristik RME?
4.      Apa saja ciri-ciri RME?
5.      Bagaimana langkah-langkah penerapan RME?
6.      Apa saja manfaat RME?
7.      Apa saja kelebihan dan kekurangan RME?
8.      Bagaimana hubungan antara pendekatan realistik dengan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar?
9.      Apa perbedaan antara matematika realistik dengan matematika tradisional?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pendekatan Realistic Mathemtics Education (RME)
2.      Mengetahui macam-macam tipe matematisasi dalam RME
3.      Mengetahui prinsip dan karakteristik RME
4.      Mengetahui cirri-ciri RME
5.      Mengetahui langkah-langkah penerapan RME
6.      Mengetahui manfaat RME
7.      Mengetahui kelebihan dan kekurangan RME
8.      Mengetahui hubungan antara pendekatan realistik dengan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar
9.      Mengetahui perbedaan antara matematika realistik dengan matematika tradisional




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Realistic Mathematics Education (RME)
Kata “realistik” merujuk pada pendekatan dalam pendidikan matematika yang telah dikembangkan di Belanda selama kurang lebih 30 tahun. Pendekatan ini mengacu pada pendapat Freudenthal  (dalam Gravemeijer, 1994) yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan kegiatan manusia. Pendekatan ini kemudian dikenal dengan Realistic Mathematics Education (RME).
Realistic Mathematics Education (RME) atau Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori RME ini mengacu fakta pendapat freundenthal (Asmin, 2001) yang juga mengatakan bahwa "matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari".
Soedjadi (2001: 2) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika realistik pada dasarnya pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa lalu. Lebih lanjut Soedjadi menjelaskan yang dimaksud dengan realitas yaitu hal-hal nyata atau konkrit yang dapat dipahami atau diamati peserta didik lewat membayangkan, sedang yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik. Lingkungan ini juga disebut juga kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika realistik adalah atau Realistic Mathematics Education (RME) adalah sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang dikembangkan Hans Freudenthal di Belanda. Gravemeijer (1994: 82) dimana menjelaskan bahwa yang dapat digolongkan sebagai aktivitas tersebut meliputi aktivitas pemecahan masalah, mencari masalah dan mengorganisasi pokok persoalan. Matematika realistik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menemaptkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.
Karakteristik RME menggunakan: konteks “dunia nyata”, model-model, produksi dan kontruksi siswa, interaktif dan keterkaitan. Pembelajaran matematika realistik diawali dengan masalah-masalah yang nyata, sehingga siswa dapat menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung. Dengan pembelajaran matematika realistik siswa dapat mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian siswa juga dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dan dunia nyata.

B.     Tipe Matematisasi dalam Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut Treffers dan Goffree (2003) terdapat dua tipe matematisasi yang dikenal dalam Realistic Mathematic Education (RME) yaitu:
Ø  Matematisasi horizontal
Proses matematika horizontal pada tahapan menengah persoalan sehari-hari menjadi persoalan matematika sehingga dapat diselesaikan atau situasi nyata diubah ke dalam simbol-simbol dan model-model matematika.
Ø  Matematisasi vertikal
Proses matematika pada tahap penggunaan simbol, lambang kaidah-kaidah matematika yang berlaku secara umum.

C.    Prinsip dan Karakteristik Realistic Mathematics Education (RME)
Esensi lain pembelajaran matematika realistik adalah tiga prinsip kunci yang dapat dijadikan dasar dalam merancang pembelajaran. Gravemeijer (1994: 90) menyebutkan tiga prinsip tersebut, yaitu:
Ø  Guided reinvention and progressive mathematizing
Menurut Gravemijer (1994: 90), berdasar prinsip reinvention, para siswa semestinya diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama dengan proses saat matematika ditemukan. Sejarah matematika dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam merancang materi pelajaran. Selain itu prinsip reinvention dapat pula dikembangkan berdasar prosedur penyelesaian informal. Dalam hal ini strategi informal dapat dipahami untuk mengantisipasi prosedur penyelesaian formal. Untuk keperluan tersebut maka perlu ditemukan masalah kontekstual yang dapat menyediakan beragam prosedur penyelesaian serta mengindikasikan rute pembelajaran yang berangkat dari tingkat belajar matematika secara nyata ke tingkat belajar matematika secara formal (progressive mathematizing).
Ø  Didactical phenomenology
Gravemeijer (1994: 90) menyatakan, berdasar prinsip ini penyajian topik-topik matematika yang termuat dalam pembelajaran matematika realistik disajikan atas dua pertimbangan yaitu:
a.       Memunculkan ragam aplikasi yang harus diantisipasi dalam proses pembelajaran.
b.      Kesesuaiannya sebagai hal yang berpengaruh dalam proses progressive mathematizing.
Ø  Self-developed models
Gravemeijer (1994: 91) menjelaskan, berdasar prinsip ini saat mengerjakan masalah kontekstual siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model mereka sendiri yang berfungsi untuk menjembatani jurang antara pengetahuan informal dan matematika formal. Pada tahap awal siswa mengembangkan model yang diakrabinya. Selanjutnya melalui generalisasi dan pemformalan akhirnya model tersebut menjadi sesuatu yang sungguh-sungguh ada (entity) yang dimiliki siswa.
Untuk kepentingan di tingkat operasional, tiga prinsip di atas selanjutnya dijabarkan menjadi lima karakteristik pembelajaran matematika. Menurut Soedjadi (2001: 3) pembelajaran matematika realistik mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut:
Ø  The use of context (menggunakan konteks), artinya dalam pembelajaran matematika realistik lingkungan keseharian atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa dapat dijadikan sebagai bagian materi belajar yang kontekstual bagi siswa.
Ø  Use models, bridging by vertical instrument (menggunakan model), artinya permasalahan atau ide dalam matematika dapat dinyatakan dalam bentuk model, baik model dari situasi nyata maupun model yang mengarah ke tingkat abstrak.
Ø  Students constribution (menggunakan kontribusi siswa), artinya pemecahan masalah atau penemuan konsep didasarkan pada sumbangan gagasan siswa.
Ø  Interactivity (interaktif), artinya aktivitas proses pembelajaran dibangun oleh interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan dan sebagainya.
Ø  Intertwining (terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya), artinya topik-topik yang berbeda dapat diintegrasikan sehingga dapat memunculkan pemahaman tentang suatu konsep secara serentak.

D.    Ciri – Ciri Realistic Mathematic Education (RME)
Fauzan (2001:2) mengemukakan bahwa pembelajaran yang menggunakan RME memiliki beberapa ciri, yaitu:
  1. Matematika dipandang sebagai kegiatan manusia sehari-hari, sehingga memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari (contextual problem) merupakan bagian yang esensial.
  2. Belajar matematika berarti bekerja dengan matematika (doing mathematics).
  3. Siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematika di bawah bimbingan orang dewasa (guru).
  4. Proses belajar mengajar berlangsung secara interaktif dan siswa menjadi fokus dari semua aktivitas di kelas.
  5. Aktivitas yang dilakukan meliputi: menemukan masalah-masalah kontekstual (looking for problems), memecahkan masalah (solving problems), dan mengorganisir bahan ajar (organizing a subject matter).

E.     Tahap Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
            Berdasarkan prinsip dan karakteristik RME serta memperhatikan berbagai pendapat tentang proses pembelajaran matematika dengan pendekatan RME di atas, maka disusun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan RME sebagai berikut :
Langkah 1. Memahami masalah kontekstual
Guru memberikan masalah kontekstual sesuai dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Kemudian meminta siswa untuk memahami masalah yang diberikan tersebut. Jika terdapat hal-hal yang kurang dipahami oleh siswa, guru memberikan petunjuk seperlunya terhadap bagian-bagian yang belum dipahami siswa.
Karakteristik RME yang muncul pada langkah ini adalah karakteristik pertama yaitu menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak dalam pembelajaran dan karakteristik keempat yaitu interaksi.
Langkah 2. Menyelesaikan masalah kontekstual
Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek matematika yang ada pada masalah yang dimaksud, dan memikirkan strategi pemecahan masalah, selanjutnya siswa bekerja menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga dimungkinkan adanya perbedaan penyelesaian siswa yang satu dengan yang lainnya. Guru mengamati, memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas, sehingga siswa dapat memperoleh penyelesaian masalah-masalah tersebut.
Karakteristik RME yang muncul pada langkah ini yaitu karakteristik kedua mernggunakan model.
Langkah 3. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban.
            Guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban mereka secara berkelompok, selanjutnya membandingkan dan mendiskusikan pada diskusi kelas. Pada tahap ini, dapat digunakan siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya meskipun pendapat tersebut berbeda dengan lainya.
            Karakteristik pembelajaran matematika realistik yang tergolong dalam langkah ini adalah karakteristik ketiga yaitu menggunakan kontribusi siswa  (students constribution) dan karakteristik keempat yaitu terdapat interaksi  (interactivity) antara siswa dengan siswa yang lain.
Langkah 4. Menyimpulkan.
            Berdasarkan hasil diskusi kelas, guru memberi kesempatan pada siswa untuk menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur yang terkait dengan masalah realistik yang diselesaikan.

F.     Manfaat  Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Pembelajaran  dengan menggunakan pendekatan realistic mathematic education (RME) diawali dengan fenomena, kemudian siswa dengan bantuan guru diberikan kesempatan menemukan kembali dan mengkonstruksi konsep sendiri.  Setelah itu, diaplikasikan dalam masalah  sehari-hari atau dalam bidang lain.
Adapun manfaat dari pembelajaraan RME adalah:
a.       Untuk Siswa
·         Siswa lebih mudah menyelesaikan masalah dikaitkan dengan masalah-masalah dalam kehidupan nyata.
·         Siswa dapat menyelesaikan secara informal sebelum menggunakan secara formal sehingga mendorong siswa untuk belajar di dalam kehidupan nyata.
·         Siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri dan lebih aktif.
b.      Untuk Guru
·         Membantu Guru dalam pemahaman masalah.
·         Guru dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap konsep masalah yang ada.
·         Guru dapat mengaitkan topik dengan masalah kehidupan sehari-hari.
·         Guru hanya sebagai fasilitator belajar dan mampu membangun pengajaran yang interaktif.

G.    Kelebihan dan Kekurangan Realistic Mathematic Education (RME)
a.       Kelebihan
Menurut suwarsono (2001: 5) terdapat kekuatan atau kelebihan dari pembelajaran matematika realistik, yaitu:
·         Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa tentang keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari dan kegunaan pada umumnya bagi manusia.
·         Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut.
·         Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara yang satu dengan yang lain. Setiap orang bisa menemukan atau menggunakan cara sendiri, asalkan orang itu sungguh-sungguh dalam mengerjakan soal atau masalah tersebut. Selanjutnya dengan membandingkan cara penyelesaian yang satu dengan cara penyelesaian yang lain, akan bisa diperoleh cara penyelesaian yang paling tepat, sesuai dengan tujuan dari proses penyelesaian masalah tersebut.
·         Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan suatu yang utama dan orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan bantuan pihak lain yang sudah tahu ( misalnya guru ). Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna tidak akan tercapai.
b.      Kekurangan
Adanya persyaratan-persyaratan tertentu agar  kelebihan RME dapat muncul justru menimbulkan kesulitan tersendiri dalam menerapkannya. Kesulitan-kesulitan tersebut, yaitu:
·         Tidak mudah untuk merubah pandangan yang berdasar tentang berbagai hal, misalnya mengenai siswa, guru dan peranan soal atau masalah kontekstual, sedang perubahan itu merupakan syarat untuk dapat diterapkannya RME.
·         Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut dalam pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap pokok bahasan matematika yang dipelajari siswa, terlebih-lebih karena soal-soal tersebut harus bisa diselesaikan dengan bermaca-macam cara.
·         Tidak mudah bagi guru untuk mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara dalam menyelesaikan soal atau memecahkan masalah.
·         Tidak mudah bagi guru untuk memberi bantuan kepada siswa agar dapat melakukan penemuan kembali konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika yang dipelajari.

H.    Hubungan antara Pendekatan Realistik dengan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar
a.       Hubungan antara pendekatan realistik dengan kemampuan pemecahan masalah.
Belajar melalui pendekatan pemecahan masalah ditujukan kepada pengembangan generalisasi-generalisasi yang akan membantu individu untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemukannya. Proses pemecahan masalah menghasilkan lebih banyak prinsip yang dapat membantu pemecahan masalah selanjutnya. Pemecahan terhadap suatu masalah biasanya dilakukan dengan mempelajari prinsip-prinsip kemudian menerapkannya ke dalam pemecahan masalah tersebut.
Kemampuan pemecahan masalah dengan pendekatan realistik matematika perlu diupayakan agar siswa mempunyai pengalaman menemukan kembali objek-­objek matematika dengan bimbingan guru. Dalam hal ini siswa mengidentifikasi masalah realistik yang kontekstual harus ditransfer ke dalam masalah bentuk matematika untuk dipahami lebih lanjut melalui penskemaan, perumusan, pemvisualisasian, siswa mencoba menemukan kesamaan dan hubungan masalah dan mentransfernya ke dalam bentuk model matematika informal atau formal peranan guru adalah membantu memberikan gambaran model-model matematika yang cocok untuk mempresentasekan masalah tersebut.
Untuk memecahkan masalah-masalah matematika, kepada siswa harus diawali dengan masalah kontekstual, yaitu masalah realistik (dunia nyata), atau setidak-tidaknya masalah yang dapat dikhayalkan atau dibayangkan sebagai sesuatu yang nyata. Hal ini dengan mempertimbangkan dua aspek yaitu kecocokan penggunaan konteks dalam pembelajaran, dan kecocokan dampak dalam proses penemuan kembali model matematika dari masalah kontekstual tersebut.
Selain itu diarahkan untuk menyelesaikan model matematika (informal atau formal) dari masalah kontekstual dengan menggunakan konsep, operasi, dan prinsip matematika yang berlaku dan dipahami siswa secara benar untuk mendapatkan jawaban yang benar pula. Pada akhirnya siswa merumuskan dan menggeneralisasikan jawaban masalah dengan membandingkan jawaban dengan konteks dan kondisi masalah. Dengan bantuan guru, siswa menunjukkan keterkaitan konsep, operasi, dan prinsip matematika yang digunakan dan menggeneralisasikannya.
Jadi dalam memecahkan masalah dengan menggunakan pendekatan realistik, siswa sendiri mengembangkan model-model pemecahan atau pemecahan masalah kontekstual. Model-model yang dikembangkan sendiri oleh siswa berfungsi menjembatani jurang antara pengetahuan matematika informal dan pengetahuan matematika formal dari siswa. Siswa mengembangkan model dari masalah kontekstual dengan menggunakan model matematika yang telah diketahuinya. Dimulai dengan menyelesaikan masalah kontekstual dari situasi nyata yang siswa, sudah kenal, kemudian menemukan model dan masalah tersebut, dan selanjutnya diikuti dengan menemukan model untuk masalah tersebut dan akhirnya mendapatkan penyelesaian masalah dalam bentuk pcngetahuan matematika yang formal.
b.      Hubungan antara pendekatan realistik dengan hasil belajar.
Hasil belajar siswa langsung dipengaruhi oleh pengalaman siswa dan realitas internal. Faktor­-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yang akan dibahas dalam pembahasan ini hanya faktor siswa dan guru sebagai berikut:
1.      Siswa
a)      Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa tidak hanya mendengar sejumlah teori-teori secara pasif, melainkan siswa harus aktif dan sungguh-sungguh dalam semua kegiatan pembelajaran, seperti mendengar, menulis, tanya jawab, diskusi, praktik dan lain-lain. aktivitas selama pembelajaran matematika realistik adalah mendengarkan, memperhatikan penjelasan guru atau teman kelompok, mencatat pertanyaan guru, mengerjakan, mendiskusikan pertanyaan guru melalui LKS, menyajikan hasil diskusi kelompok, menanggapi jawaban hasil diskusi kelompok lain, merangkum materi pelajaran, menulis/mengerjakan PR atau kuis, dan perilaku yang tidak relevan dengan pembelajaran (Sardiman, 2000: 34).
b)      Respon Siswa
Salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan proses pembelajaran adalah siswa. Faktor diri siswa yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran tersebut antara lain adalah perhatian, bakat, minat, intelegensi dan motivasi untuk belajar (Slamet, 2003: 55). Motivasi dipandang sebagai suatu proses dalam diri siswa yang menyebabkan munculnya tingkah laku ke arah tujuan yang diharapkan. Motivasi dibedakan atas motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang berasaI dari dalam diri siswa. Sedangkan motivasi ekstrinsik berasal dari luar diri siswa.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, (Sahabuddin 1999: 63) mengemukakan bahwa apabila seorang siswa memiliki motivasi tinggi dalam belajar matematika, maka ia akan mempelajari matematika dengan sungguh-sungguh sehingga ia mempunyai pengertian yang lebih mendalam dan dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sedangkan, siswa yang motivasi belajarnya rendah akan menimbulkan kegagalan dalam belajamya.
Berdasarkan uarain di atas, maka dapat disimnpulkan bahwa seorang siswa yang mempunyai motivasi tinggi dalam belajar matematika akan memberikan respon positif dan sebaliknya sisvra yang motivasi belajar rendah akan memberikan respon negatif yang diwujudkan dalam sikap atau pendapat yang diberikan terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
2.      Guru
Guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Guru merupakan peIaksana pembelajaran rill kelas, sebab guru yang mampu mengelola proses belajar akan mempengaruhi mutu pelajaran. Penguasaan materi dan cara penyampaiannya merupakan syarat mutlak bagi seorang guru. Seorang guru yang tidak menguasai materi matematika dengan baik, tidak mungkin ia dapat mengajar matematika dengan baik. Demikian juga seorang guru yang tidak menguasai berbagai cara penyampaian dapat menimbulkan kesulitan siswa dalarn memahami matematika (Sardiman, 2000:87).
Dari uraian di atas, dalarn kegiatan pengembangan perangkat ini kondisi guru adalah kemarnpuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika realistik yang meliputi pendahuluan, kegiatan inti, penutup.
                                
I.       Perbedaan antara Matematika Realistik dengan Matematika  Tradisional
Pada Matematika Tradisional, matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung. Urutan-urutan materi seolah-olah telah menjadi konsensus masyarakat. Karena seolah-olah sudah menjadi konsensus maka ketika urutan dirubah sedikit saja protes dan penentangan dari masyarakat begitu kuat. Untuk pertama kali yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan membilang, kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh, pengurangan yang selisihnya positif dan lain sebagainya.
Kekhasan lain dari pembelajaran matematika tradisional adalah bahwa pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian, menekankan bagaimana sesuatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian, lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan, bahasa/istilah dan simbol yang digunakan tidak jelas, urutan operasi harus diterima tanpa alasan, dan lain sebagainya sehingga dalam hal ini guru sangatlah aktif.
Berbeda dengan Matematika Realistik, Menurut Zulkardi (Ermayana: 2003) dalam matematika realistik guru hanya sebagai fasilitator belajar dan mampu membangun pengajaran yang interaktif. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk seeara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya, dan secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoalan riil dan tidak terpancang pada materi yang termaktub dalam kurikulum, melainkan aktif rnengaitkan kurikulum dengan dunia riil, baik fisik maupun sosial. Ada beberapa ciri khas yang menonjol pada pembelajaran matematika realistik. Ciri khas yang pertama adalah digunakannya masalah atau soal-soal yang berawal dalam kehidupan sehari-hari, yang kongkrit atau yang ada dalam alam pikiran siswa, sebagai titik awal proses pembelajaran. Ciri khas lain dalam pembelajaran realistik adalah siswa diperlukan sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran. Telah disebutkan diatas, pengajaran sering kali diinterpretasikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh guru, mula-mula ia mengenalkan objek, memberikan satu atau dua contoh kemudian menanyakan pertanyaan satu atau dua, kemudian meminta kepada siswa yang pasti untuk lebih aktif dengan memulainya melengkapi latihan-latihan soal dari buku. Umumnya pelajaran akan berakhir dan terorganisasi secara baik. Pelajaran berikutnya akan mengikuti pelajaran yang serupa. Akan tetapi pendidikan matematika yang pembelajaran bermula dari reality membuat pembelajaran menjadi semakin kompleks.


















BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Pendekatan realistik adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menerapkan agar pembelajaran bertitik tolak pada hal-hal yang nyata bagi siswa, menekankan keterampilan berdiskusi, dan berargumentasi dengan teman sekelas. Sehingga mereka dapat menemukan sendiri, dan pada akhirnya menggunakan matematika dalam menyelesaikan masalah baik secara individu maupun secara kelompok. Tidak ada satupun model pembelajaran yang diangap paling baik diantara model- model pembelajaran yang lain. Tiap model pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing- masing. Suatu model pembelajaran jika digunakan sesuai situasi dan kondisi pasti akan jadi model pembelajaran yang baik.

B.     Saran
Berdasarkan simpulan dari penulisan ini untuk mencapai kesuksesan dalam pembelajaran realistik penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1.      Diperlukan adanya kesadaran siswa dalam bertanggung jawab terhadap setiap pelajaran yang dipelajari disekolah.
2.      Diperlukan adanya kesadaran antara pengajar dengan siswa agar pembelajaran realistik dapat berjalan dengan baik.
3.      Setiap pengajar diharapkan menguasai bermacam-macam metode pembelajaran.






DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Yuli. 2012. “MAKALAH Realistic Mathematics Education (RME)”. (online). http://yuliastuti90.blogspot.co.id/2012/11/makalah-realistic-mathematics-education.html.  Diakses tanggal 23 November 2016 pukul 20:07 WIB.
Hidayat, Taufik. 2016. ” Penerapan Model Pembelajaran Matematika Realistik (RME) Dalam Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar”. (online). https://taufikhidayat93.blogspot.co.id/2016/04/penerapan-model-pembelajaran-matematika.html. Diakses tanggal 23 November 2016 pukul 20:12 WIB.
Irawatih, Titn. 2016. “makalah RME”. (online). http://titnirawatih.blogspot.co.id/2016/01/makalah-rme.html. Diakses tanggal 23 November 2016 pukul 20:18 WIB.
https://doc-0s-8g-docs.googleusercontent.com/docs/securesc/ha0ro937gcuc7l7deffksulhg5h7mbp1/7m6dl0gvst00o7v936kktetr18flddfc/1479837600000/15968041093068808524/*/0B32qQm_NkxHiNUh5N05iY181dGM?e=download