KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami
panjatkan kehadirat tuhan kami Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
serta kesehatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang berjudul “Realistic Mathematics Education (RME)”.
Dalam makalah ini, tentunya kami mendapatkan
bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada Ibu Luluk
Faridah, M.Pd. selaku dosen pembimbing “MKPBM I” yang telah banyak memberikan masukan
untuk makalah ini.
Semua hal itu tidak lepas dari kesalahan , makalah ini
masih jauh dari sempurna. Jadi kami mohon kritik dan saran yang berguna bagi
kami untuk esok hari nya.
Demikian makalah ini saya buat dengan sebenar-benarnya
dan semoga bermanfaat.
Terima Kasih .
Lamongan, 24 November 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................... 5
C. Tujuan ................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 6
A. Pengertian Realistic
Mathematics Education (RME)........................ 6
B. Tipe Matematisasi dalam Realistic Mathematics Education
(RME).............................................................................................. 7
C. Prinsip dan
Karakteristik Realistic Mathematics Education
(RME).............................................................................................. 7
D. Ciri-ciri Realistic
Mathematics Education (RME)............................ 9
E. Tahap Pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) .......... 10
F. Manfaat Pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) ...... 11
1. Untuk Siswa ................................................................................ 11
2. Untuk Guru ................................................................................. 12
G. Kelebihan dan
Kekurangan Realistic Mathematics Education
(RME) 12
a. Kelebihan .................................................................................... 12
b. Kekurangan ................................................................................. 13
H. Hubungan antara Pendekatan
Realistik dengan Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar............................................. 13
a. Hubungan antara pendekatan
realistik dengan kemampuan
pemecahan masalah.................................................................... 14
b. Hubungan antara pendekatan
realistik dengan hasil belajar....... 15
I. Perbedaan
antara Matematika Realistik dengan Matematika
Tradisonal....................................................................................... ` 17
BAB III
PENUTUP............................................................................ 19
A. Simpulan................................................................................. 19
B. Saran....................................................................................... 19
Daftar
pustaka
Lampiran-lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu
kebutuhan yang mutlak bagi manusia agar dapat membangun peradaban bangsanya.
Dalam pendidikan itu, manusia diajarkan dengan berbagai disiplin ilmu sebagai
salah satu disiplin ilmu yang diajarkan diberbagai jenjang pendidikan dasar
sampai perguruan tinggi adalah matematika.
Salah satu karakteristik
matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini
menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami matematika. Selain
itu, belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga dalam hal ini siswa
sangat lemah.
Jennings dan Dunne (Suharta, 2004) mengatakan bahwa, kebanyakan siswa rnengalami kesulitan
dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real. Hal ini yang
menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran
matematika kurang bermakna.
Kondisi pembelajaran yang
kurang bermakna dialami oleh sekolah-sekolah baik pendidikan dasar maupun
pendidikan menengah. Salah satu asumsi dibalik kurang memuaskannya kualitas
proses pembelajaran matematika adalah disebabkan metode, strategi dan
pendekatan yang digunakan oleh pendidik kurang efektif dalam proses
pembelajaran strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru-guru masih
menggunakan pendekatan tradisional atau mekanistik dimana siswa secara pasif
menerima konsep, rumus dan kaidah (mernbaca, mendengarkan, mencatat, menghafal)
tanpa memberikan kontribusi ide-ide dalam proses pernbelajaran
Oleh karena itu, perlu
adanya inovasi dalam pembelajaran matematika yakni perubahan dalam strategi
pembelajaran termasuk pendekatan pembelajaran.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud RME?
2.
Ada
berapa tipe matematisasi dalam RME?
3.
Apa
saja prinsip dan karakteristik RME?
4.
Apa
saja ciri-ciri RME?
5.
Bagaimana
langkah-langkah penerapan RME?
6.
Apa
saja manfaat RME?
7.
Apa
saja kelebihan dan kekurangan RME?
8.
Bagaimana
hubungan antara pendekatan realistik dengan kemampuan pemecahan masalah dan
hasil belajar?
9.
Apa
perbedaan antara matematika realistik dengan matematika tradisional?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
pendekatan Realistic Mathemtics Education (RME)
2.
Mengetahui
macam-macam tipe matematisasi dalam RME
3.
Mengetahui
prinsip dan karakteristik RME
4.
Mengetahui
cirri-ciri RME
5.
Mengetahui
langkah-langkah penerapan RME
6.
Mengetahui
manfaat RME
7.
Mengetahui
kelebihan dan kekurangan RME
8.
Mengetahui
hubungan antara pendekatan realistik dengan kemampuan pemecahan masalah dan
hasil belajar
9.
Mengetahui
perbedaan antara matematika realistik dengan matematika tradisional
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Realistic
Mathematics Education (RME)
Kata
“realistik” merujuk pada pendekatan dalam pendidikan matematika yang
telah dikembangkan di Belanda selama kurang lebih 30 tahun. Pendekatan ini
mengacu pada pendapat Freudenthal (dalam Gravemeijer, 1994) yang
mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan kegiatan
manusia. Pendekatan ini kemudian dikenal dengan Realistic Mathematics
Education (RME).
Realistic
Mathematics Education (RME)
atau Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan
matematika. Teori RME ini mengacu fakta pendapat freundenthal
(Asmin, 2001) yang juga mengatakan bahwa "matematika harus
dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari".
Soedjadi
(2001: 2) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika realistik pada
dasarnya pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan
pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa lalu. Lebih lanjut
Soedjadi menjelaskan yang dimaksud dengan realitas yaitu hal-hal nyata atau
konkrit yang dapat dipahami atau diamati peserta didik lewat membayangkan,
sedang yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik
berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami
peserta didik. Lingkungan ini juga disebut juga kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika realistik adalah atau Realistic
Mathematics Education (RME) adalah sebuah pendekatan pembelajaran
matematika yang dikembangkan Hans Freudenthal di Belanda. Gravemeijer (1994: 82) dimana menjelaskan bahwa
yang dapat digolongkan sebagai aktivitas tersebut meliputi aktivitas pemecahan
masalah, mencari masalah dan mengorganisasi pokok persoalan. Matematika
realistik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika sekolah yang
dilaksanakan dengan menemaptkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik
awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya
konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.
Karakteristik RME menggunakan: konteks “dunia
nyata”, model-model, produksi dan kontruksi siswa, interaktif dan keterkaitan.
Pembelajaran matematika realistik diawali dengan masalah-masalah yang nyata,
sehingga siswa dapat menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung. Dengan
pembelajaran matematika realistik siswa dapat mengembangkan konsep yang lebih
komplit. Kemudian siswa juga dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke
bidang baru dan dunia nyata.
B.
Tipe
Matematisasi dalam Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut Treffers dan Goffree (2003) terdapat
dua tipe matematisasi yang dikenal dalam Realistic Mathematic Education (RME)
yaitu:
Ø Matematisasi horizontal
Proses
matematika horizontal pada tahapan menengah persoalan sehari-hari menjadi
persoalan matematika sehingga dapat diselesaikan atau situasi nyata diubah ke
dalam simbol-simbol dan model-model matematika.
Ø Matematisasi vertikal
Proses matematika pada tahap penggunaan simbol,
lambang kaidah-kaidah matematika yang berlaku secara umum.
C.
Prinsip dan Karakteristik Realistic Mathematics
Education (RME)
Esensi lain pembelajaran matematika realistik
adalah tiga prinsip kunci yang dapat dijadikan dasar dalam merancang
pembelajaran. Gravemeijer (1994: 90) menyebutkan tiga prinsip tersebut, yaitu:
Ø Guided
reinvention and progressive mathematizing
Menurut Gravemijer (1994: 90), berdasar prinsip
reinvention, para siswa semestinya diberi kesempatan untuk mengalami proses
yang sama dengan proses saat matematika ditemukan. Sejarah matematika dapat
dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam merancang materi pelajaran. Selain itu
prinsip reinvention dapat pula dikembangkan berdasar prosedur penyelesaian
informal. Dalam hal ini strategi informal dapat dipahami untuk mengantisipasi
prosedur penyelesaian formal. Untuk keperluan tersebut maka perlu ditemukan
masalah kontekstual yang dapat menyediakan beragam prosedur penyelesaian serta
mengindikasikan rute pembelajaran yang berangkat dari tingkat belajar
matematika secara nyata ke tingkat belajar matematika secara formal
(progressive mathematizing).
Ø Didactical
phenomenology
Gravemeijer (1994: 90) menyatakan, berdasar
prinsip ini penyajian topik-topik matematika yang termuat dalam pembelajaran matematika
realistik disajikan atas dua pertimbangan yaitu:
a.
Memunculkan ragam aplikasi yang harus
diantisipasi dalam proses pembelajaran.
b.
Kesesuaiannya sebagai hal yang berpengaruh
dalam proses progressive mathematizing.
Ø Self-developed
models
Gravemeijer (1994: 91) menjelaskan, berdasar
prinsip ini saat mengerjakan masalah kontekstual siswa diberi kesempatan untuk
mengembangkan model mereka sendiri yang berfungsi untuk menjembatani jurang
antara pengetahuan informal dan matematika formal. Pada tahap awal siswa
mengembangkan model yang diakrabinya. Selanjutnya melalui generalisasi dan
pemformalan akhirnya model tersebut menjadi sesuatu yang sungguh-sungguh ada
(entity) yang dimiliki siswa.
Untuk kepentingan di tingkat operasional, tiga
prinsip di atas selanjutnya dijabarkan menjadi lima karakteristik pembelajaran
matematika. Menurut Soedjadi (2001: 3) pembelajaran matematika realistik
mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut:
Ø The
use of context (menggunakan konteks), artinya dalam
pembelajaran matematika realistik lingkungan keseharian atau pengetahuan yang
telah dimiliki siswa dapat dijadikan sebagai bagian materi belajar yang
kontekstual bagi siswa.
Ø Use
models, bridging by vertical instrument (menggunakan model), artinya permasalahan atau
ide dalam matematika dapat dinyatakan dalam bentuk model, baik model dari
situasi nyata maupun model yang mengarah ke tingkat abstrak.
Ø Students
constribution (menggunakan kontribusi siswa), artinya
pemecahan masalah atau penemuan konsep didasarkan pada sumbangan gagasan siswa.
Ø Interactivity (interaktif),
artinya aktivitas proses pembelajaran dibangun oleh interaksi siswa dengan
siswa, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan dan sebagainya.
Ø Intertwining (terintegrasi
dengan topik pembelajaran lainnya), artinya topik-topik yang berbeda dapat
diintegrasikan sehingga dapat memunculkan pemahaman tentang suatu konsep secara
serentak.
D.
Ciri – Ciri Realistic Mathematic Education (RME)
Fauzan
(2001:2) mengemukakan bahwa pembelajaran yang menggunakan RME memiliki beberapa
ciri, yaitu:
- Matematika dipandang sebagai kegiatan manusia sehari-hari, sehingga memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari (contextual problem) merupakan bagian yang esensial.
- Belajar matematika berarti bekerja dengan matematika (doing mathematics).
- Siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematika di bawah bimbingan orang dewasa (guru).
- Proses belajar mengajar berlangsung secara interaktif dan siswa menjadi fokus dari semua aktivitas di kelas.
- Aktivitas yang dilakukan meliputi: menemukan masalah-masalah kontekstual (looking for problems), memecahkan masalah (solving problems), dan mengorganisir bahan ajar (organizing a subject matter).
E.
Tahap
Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Berdasarkan prinsip dan karakteristik RME serta memperhatikan berbagai pendapat
tentang proses pembelajaran matematika dengan pendekatan RME di atas, maka
disusun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan RME sebagai berikut :
Langkah 1. Memahami masalah
kontekstual
Guru memberikan masalah kontekstual sesuai dengan
materi pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Kemudian meminta siswa untuk
memahami masalah yang diberikan tersebut. Jika terdapat hal-hal yang kurang
dipahami oleh siswa, guru memberikan petunjuk seperlunya terhadap bagian-bagian
yang belum dipahami siswa.
Karakteristik RME yang muncul pada langkah ini
adalah karakteristik pertama yaitu menggunakan masalah kontekstual sebagai
titik tolak dalam pembelajaran dan karakteristik keempat yaitu interaksi.
Langkah 2. Menyelesaikan masalah
kontekstual
Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual,
melakukan interpretasi aspek matematika yang ada pada masalah yang dimaksud,
dan memikirkan strategi pemecahan masalah, selanjutnya siswa bekerja
menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang
dimilikinya, sehingga dimungkinkan adanya perbedaan penyelesaian siswa yang
satu dengan yang lainnya. Guru mengamati, memotivasi, dan memberi bimbingan
terbatas, sehingga siswa dapat memperoleh penyelesaian masalah-masalah
tersebut.
Karakteristik RME yang muncul pada langkah ini
yaitu karakteristik kedua mernggunakan model.
Langkah 3. Membandingkan dan
mendiskusikan jawaban.
Guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan
jawaban mereka secara berkelompok, selanjutnya membandingkan dan mendiskusikan
pada diskusi kelas. Pada tahap ini, dapat digunakan siswa untuk berani
mengemukakan pendapatnya meskipun pendapat tersebut berbeda dengan lainya.
Karakteristik pembelajaran matematika realistik yang tergolong dalam langkah
ini adalah karakteristik ketiga yaitu menggunakan kontribusi siswa (students
constribution) dan karakteristik keempat yaitu terdapat interaksi (interactivity)
antara siswa dengan siswa yang lain.
Langkah 4. Menyimpulkan.
Berdasarkan hasil diskusi kelas, guru memberi kesempatan pada siswa untuk
menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur yang terkait dengan masalah
realistik yang diselesaikan.
F.
Manfaat Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
Pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan realistic
mathematic education (RME)
diawali dengan fenomena, kemudian siswa dengan bantuan guru diberikan
kesempatan menemukan kembali dan mengkonstruksi konsep sendiri. Setelah
itu, diaplikasikan dalam masalah sehari-hari atau dalam bidang lain.
Adapun manfaat dari pembelajaraan RME adalah:
a.
Untuk Siswa
·
Siswa lebih mudah menyelesaikan masalah dikaitkan
dengan masalah-masalah dalam kehidupan nyata.
·
Siswa dapat menyelesaikan secara informal sebelum
menggunakan secara formal sehingga mendorong siswa untuk belajar di dalam
kehidupan nyata.
·
Siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri dan
lebih aktif.
b.
Untuk Guru
·
Membantu Guru dalam pemahaman masalah.
·
Guru dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa
terhadap konsep masalah yang ada.
·
Guru dapat mengaitkan topik dengan masalah
kehidupan sehari-hari.
·
Guru
hanya sebagai fasilitator belajar dan mampu membangun pengajaran yang
interaktif.
G.
Kelebihan
dan Kekurangan
Realistic
Mathematic Education (RME)
a.
Kelebihan
Menurut
suwarsono (2001: 5) terdapat kekuatan atau kelebihan dari pembelajaran
matematika realistik, yaitu:
·
Pembelajaran matematika realistik memberikan
pengertian yang jelas kepada siswa tentang keterkaitan matematika dengan
kehidupan sehari-hari dan kegunaan pada umumnya bagi manusia.
·
Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian
yang jelas kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang
dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh mereka yang
disebut pakar dalam bidang tersebut.
·
Pembelajaran matematika realistik memberikan
pengertian yang jelas kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau
masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara yang satu dengan yang
lain. Setiap orang bisa menemukan atau menggunakan cara sendiri, asalkan orang
itu sungguh-sungguh dalam mengerjakan soal atau masalah tersebut. Selanjutnya
dengan membandingkan cara penyelesaian yang satu dengan cara penyelesaian yang
lain, akan bisa diperoleh cara penyelesaian yang paling tepat, sesuai dengan
tujuan dari proses penyelesaian masalah tersebut.
·
Pembelajaran matematika realistik memberikan
pengertian yang jelas kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses
pembelajaran merupakan suatu yang utama dan orang harus menjalani proses itu
dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan bantuan
pihak lain yang sudah tahu ( misalnya guru ). Tanpa kemauan untuk menjalani
sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna tidak akan tercapai.
b.
Kekurangan
Adanya
persyaratan-persyaratan tertentu agar kelebihan RME dapat muncul justru
menimbulkan kesulitan tersendiri dalam menerapkannya. Kesulitan-kesulitan
tersebut, yaitu:
·
Tidak mudah untuk merubah pandangan yang berdasar
tentang berbagai hal, misalnya mengenai siswa, guru dan peranan soal atau
masalah kontekstual, sedang perubahan itu merupakan syarat untuk dapat
diterapkannya RME.
·
Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi
syarat-syarat yang dituntut dalam pembelajaran matematika realistik tidak
selalu mudah untuk setiap pokok bahasan matematika yang dipelajari siswa,
terlebih-lebih karena soal-soal tersebut harus bisa diselesaikan dengan
bermaca-macam cara.
·
Tidak mudah bagi guru untuk mendorong siswa agar
bisa menemukan berbagai cara dalam menyelesaikan soal atau memecahkan masalah.
·
Tidak mudah bagi guru untuk memberi bantuan kepada
siswa agar dapat melakukan penemuan kembali konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika yang
dipelajari.
H.
Hubungan antara Pendekatan Realistik dengan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar
a. Hubungan antara pendekatan
realistik dengan kemampuan pemecahan masalah.
Belajar melalui pendekatan
pemecahan masalah ditujukan kepada pengembangan generalisasi-generalisasi yang
akan membantu individu untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemukannya.
Proses pemecahan masalah menghasilkan lebih banyak prinsip yang dapat membantu
pemecahan masalah selanjutnya. Pemecahan terhadap suatu masalah biasanya
dilakukan dengan mempelajari prinsip-prinsip kemudian menerapkannya ke dalam
pemecahan masalah tersebut.
Kemampuan pemecahan
masalah dengan pendekatan realistik matematika perlu diupayakan agar siswa
mempunyai pengalaman menemukan kembali objek-objek matematika dengan bimbingan
guru. Dalam hal ini siswa mengidentifikasi masalah realistik yang kontekstual
harus ditransfer ke dalam masalah bentuk matematika untuk dipahami lebih lanjut
melalui penskemaan, perumusan, pemvisualisasian, siswa mencoba menemukan
kesamaan dan hubungan masalah dan mentransfernya ke dalam bentuk model
matematika informal atau formal peranan guru adalah membantu memberikan gambaran model-model matematika
yang cocok untuk mempresentasekan masalah tersebut.
Untuk memecahkan
masalah-masalah matematika, kepada siswa harus diawali dengan masalah kontekstual,
yaitu masalah realistik (dunia nyata), atau setidak-tidaknya masalah yang dapat
dikhayalkan atau dibayangkan sebagai sesuatu yang
nyata. Hal ini dengan mempertimbangkan dua aspek yaitu kecocokan
penggunaan konteks dalam pembelajaran, dan kecocokan dampak dalam proses
penemuan kembali model matematika dari masalah kontekstual tersebut.
Selain itu diarahkan untuk
menyelesaikan model matematika (informal atau formal) dari masalah kontekstual
dengan menggunakan konsep, operasi, dan prinsip matematika yang berlaku dan
dipahami siswa secara benar untuk mendapatkan jawaban yang benar pula. Pada
akhirnya siswa merumuskan dan menggeneralisasikan jawaban masalah dengan
membandingkan jawaban dengan konteks dan kondisi masalah. Dengan bantuan guru,
siswa menunjukkan keterkaitan konsep, operasi, dan prinsip matematika yang
digunakan dan menggeneralisasikannya.
Jadi dalam memecahkan masalah dengan menggunakan pendekatan realistik,
siswa sendiri mengembangkan model-model pemecahan atau pemecahan masalah kontekstual.
Model-model yang dikembangkan sendiri oleh siswa berfungsi menjembatani jurang
antara pengetahuan matematika informal dan pengetahuan matematika formal dari
siswa. Siswa mengembangkan model dari masalah kontekstual dengan menggunakan
model matematika yang telah diketahuinya. Dimulai dengan menyelesaikan masalah kontekstual
dari situasi nyata yang siswa, sudah kenal, kemudian menemukan model dan
masalah tersebut, dan selanjutnya diikuti dengan menemukan model untuk masalah
tersebut dan akhirnya mendapatkan penyelesaian masalah dalam bentuk pcngetahuan
matematika yang formal.
b.
Hubungan antara pendekatan realistik dengan hasil belajar.
Hasil belajar siswa
langsung dipengaruhi oleh pengalaman siswa dan realitas internal. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yang akan dibahas dalam pembahasan ini hanya faktor siswa
dan guru sebagai berikut:
1.
Siswa
a)
Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi
belajar mengajar. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa tidak hanya
mendengar sejumlah teori-teori secara pasif, melainkan siswa harus aktif dan sungguh-sungguh dalam semua kegiatan
pembelajaran, seperti mendengar, menulis, tanya jawab, diskusi, praktik dan
lain-lain. aktivitas selama pembelajaran matematika realistik adalah
mendengarkan, memperhatikan penjelasan guru atau teman kelompok, mencatat pertanyaan
guru, mengerjakan, mendiskusikan pertanyaan guru melalui LKS, menyajikan hasil diskusi
kelompok, menanggapi jawaban hasil diskusi kelompok lain, merangkum materi
pelajaran, menulis/mengerjakan PR atau kuis, dan perilaku yang tidak relevan dengan pembelajaran (Sardiman, 2000:
34).
b) Respon Siswa
Salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan proses pembelajaran adalah siswa. Faktor diri siswa yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran
tersebut antara lain adalah perhatian, bakat, minat, intelegensi dan motivasi
untuk belajar (Slamet, 2003: 55). Motivasi dipandang sebagai suatu proses dalam diri siswa
yang menyebabkan munculnya tingkah laku ke arah tujuan yang diharapkan.
Motivasi dibedakan atas motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
instrinsik adalah motivasi yang berasaI dari dalam diri siswa. Sedangkan
motivasi ekstrinsik berasal dari luar diri siswa.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, (Sahabuddin 1999: 63)
mengemukakan bahwa apabila seorang siswa memiliki motivasi tinggi dalam belajar
matematika, maka ia akan mempelajari matematika dengan sungguh-sungguh sehingga ia mempunyai pengertian
yang lebih mendalam dan dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Sedangkan, siswa yang motivasi belajarnya rendah akan menimbulkan
kegagalan dalam belajamya.
Berdasarkan uarain di atas, maka dapat disimnpulkan bahwa seorang siswa
yang mempunyai motivasi tinggi dalam belajar matematika akan memberikan respon
positif dan sebaliknya sisvra yang motivasi belajar rendah akan memberikan
respon negatif yang diwujudkan dalam sikap atau pendapat yang diberikan
terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
2.
Guru
Guru merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Guru merupakan peIaksana pembelajaran rill kelas, sebab guru yang mampu mengelola proses belajar akan
mempengaruhi mutu pelajaran. Penguasaan materi dan cara penyampaiannya merupakan
syarat mutlak bagi seorang guru. Seorang guru yang tidak menguasai materi matematika
dengan baik, tidak mungkin ia dapat mengajar matematika dengan baik. Demikian
juga seorang guru yang tidak menguasai berbagai cara penyampaian dapat menimbulkan kesulitan siswa dalarn memahami matematika (Sardiman, 2000:87).
Dari uraian di atas, dalarn kegiatan pengembangan perangkat ini kondisi guru adalah kemarnpuan guru
dalam mengelola pembelajaran matematika realistik yang meliputi pendahuluan, kegiatan inti, penutup.
I.
Perbedaan antara Matematika
Realistik dengan Matematika Tradisional
Pada Matematika
Tradisional, matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara
berhitung. Urutan-urutan materi seolah-olah telah menjadi konsensus masyarakat.
Karena seolah-olah sudah menjadi konsensus maka ketika urutan dirubah sedikit
saja protes dan penentangan dari masyarakat begitu kuat. Untuk pertama kali
yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan membilang, kemudian
penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh, pengurangan yang selisihnya
positif dan lain sebagainya.
Kekhasan lain dari
pembelajaran matematika tradisional adalah bahwa pembelajaran lebih menekankan
hafalan dari pada pengertian, menekankan bagaimana sesuatu itu dihitung bukan
mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian, lebih mengutamakan kepada melatih
otak bukan kegunaan, bahasa/istilah dan simbol yang digunakan tidak jelas,
urutan operasi harus diterima tanpa alasan, dan lain sebagainya sehingga dalam
hal ini guru sangatlah aktif.
Berbeda dengan Matematika
Realistik, Menurut Zulkardi (Ermayana: 2003) dalam matematika realistik guru
hanya sebagai fasilitator belajar dan mampu membangun pengajaran yang
interaktif. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk seeara aktif
menyumbang pada proses belajar dirinya, dan secara aktif membantu siswa dalam
menafsirkan persoalan riil dan tidak terpancang pada materi yang termaktub
dalam kurikulum, melainkan aktif rnengaitkan kurikulum dengan dunia riil, baik
fisik maupun sosial. Ada beberapa ciri khas yang menonjol pada pembelajaran
matematika realistik. Ciri khas yang pertama adalah digunakannya masalah atau
soal-soal yang berawal dalam kehidupan sehari-hari, yang kongkrit atau yang ada
dalam alam pikiran siswa, sebagai titik awal proses pembelajaran. Ciri khas
lain dalam pembelajaran realistik adalah siswa diperlukan sebagai peserta aktif
dalam proses pembelajaran. Telah disebutkan diatas, pengajaran sering kali
diinterpretasikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh guru, mula-mula ia
mengenalkan objek, memberikan satu atau dua contoh kemudian menanyakan
pertanyaan satu atau dua, kemudian meminta kepada siswa yang pasti untuk lebih
aktif dengan memulainya melengkapi latihan-latihan soal dari buku. Umumnya
pelajaran akan berakhir dan terorganisasi secara baik. Pelajaran berikutnya
akan mengikuti pelajaran yang serupa. Akan tetapi pendidikan matematika yang
pembelajaran bermula dari reality membuat pembelajaran menjadi semakin
kompleks.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Pendekatan
realistik adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menerapkan agar
pembelajaran bertitik tolak pada hal-hal yang nyata bagi
siswa, menekankan keterampilan berdiskusi, dan berargumentasi dengan teman
sekelas. Sehingga mereka dapat menemukan sendiri, dan pada akhirnya
menggunakan matematika dalam menyelesaikan masalah baik secara individu maupun
secara kelompok. Tidak
ada satupun model pembelajaran yang diangap paling baik diantara model- model
pembelajaran yang lain. Tiap model pembelajaran mempunyai karakteristik
tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing- masing. Suatu model
pembelajaran jika digunakan sesuai situasi dan kondisi pasti akan jadi model
pembelajaran yang baik.
B.
Saran
Berdasarkan
simpulan dari penulisan ini untuk mencapai kesuksesan dalam pembelajaran realistik
penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1.
Diperlukan adanya kesadaran siswa dalam bertanggung
jawab terhadap setiap pelajaran yang dipelajari disekolah.
2.
Diperlukan adanya kesadaran antara pengajar dengan
siswa agar pembelajaran realistik dapat berjalan dengan baik.
3.
Setiap pengajar diharapkan menguasai bermacam-macam
metode pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Yuli. 2012. “MAKALAH
Realistic Mathematics Education (RME)”. (online). http://yuliastuti90.blogspot.co.id/2012/11/makalah-realistic-mathematics-education.html.
Diakses tanggal 23 November 2016 pukul 20:07 WIB.
Hidayat, Taufik. 2016. ” Penerapan Model Pembelajaran Matematika Realistik (RME) Dalam Proses
Pembelajaran di Sekolah Dasar”. (online). https://taufikhidayat93.blogspot.co.id/2016/04/penerapan-model-pembelajaran-matematika.html. Diakses tanggal 23 November 2016 pukul
20:12 WIB.
Irawatih, Titn. 2016. “makalah
RME”. (online). http://titnirawatih.blogspot.co.id/2016/01/makalah-rme.html. Diakses tanggal 23 November 2016 pukul
20:18 WIB.
Gofur, Abdul. 2016. “SINTAK MODEL
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK”. (online). https://modelpembelajaran1.wordpress.com/2016/02/22/sintak-model-pembelajaran-matematik-relistik/. Diakses tanggal 23 November 2016 pukul
20:27 WIB
https://doc-0s-8g-docs.googleusercontent.com/docs/securesc/ha0ro937gcuc7l7deffksulhg5h7mbp1/7m6dl0gvst00o7v936kktetr18flddfc/1479837600000/15968041093068808524/*/0B32qQm_NkxHiNUh5N05iY181dGM?e=download